Perjalanan PGN hingga Menjadi BUMN Gas Terbesar di RI
Hendi
Prio Santoso selaku Direktur Utama PT. Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) terus
menyebarkan energi baik dengan membangun jaringan gas bumi di berbagai daerah. Hendi
ingin Indonesia tak impor energi lagi karena energi di Indonesia seharusnya
dimanfaatkan dengan baik. Hendi tak ingin menyia-nyiakan perjuangan pemimpin-pemimpin
PGN sebelumnya.
Sri Budi Mayaningsih yang merupakan pejabat
senior di PGN, tak mudah bagi PGN untuk membangun pipa gas bumi nasional,
banyak rintangan yang harus dihadapi. Ia
mengungkapkan perlu kerja keras, integritas, cucuran keringat dan air
mata sehingga PGN saat ini dapat sejajar dengan perusahaan migas kelas dunia
dan BUMN gas terbesar di Indonesia.
PGN
melakukan inovasi dengan sedikit mengubah pola bisnisnya yang sebelumnya
menyalurkan gas buatan menjadi menyalurkan gas bumi melalui pipa. Ini dilakukan
pada periode 1974. Langkah ini bisa dibilang nekad karena saat itu penggunaan
gas bumi untuk rumah tangga, komersial, industri dan pembangkit listrik belum
berkembang karena harga BBM masih murah.
PGN
menjadi yang pertama dalam melakukan pembangunan infrastruktur pipa gas bumi di
berbagai daerah. Salah satu proyek besar adalah proyek pipa gas transmisi South
Sumatera West Java (SSWJ) dengan panjang lebih dari 1.000 km. Pengembangan
pipa-pipa gas distribusi pun makin terus dilakukan sehingga memperluas pemanfaatan
gas bumi bagi masyarakat. PGN mulai rutin mencetak laba dan memberikan dividen
kepada negara, hingga sampai saat ini PGN menjadi salah satu BUMN terbesar di
Indonesia yang memberikan sumbangsih kepada negara," ungkap Maya lagi.
Saat
ini PGN telah membangun dan mengoperasikan lebih dari 7.100 km pipa gas bumi,
yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Pipa-pipa gas tersebut memasok gas
bumi yang efisien dan ramah lingkungan ke lebih dari 107.690 rumah tangga
pelanggan PGN, 1.857 usaha kecil, mal, restoran, hotel, rumah sakit, serta
1.529 industri skala besar dan pembangkit listrik. Pelanggan PGN tersebar di
berbagai wilayah mulai dari Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Riau, Sumatera
Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Kalimantan Utara dan Sorong Papua.
PGN
berjanji untuk terus membangun infrastruktur dan memperluas pemanfaatan gas
bumi di dalam negeri. Gas bumi merupakan energi baik yang ramah lingkungan,
efisien, dan diproduksi dari perut bumi Indonesia. Tahun lalu PGN telah
menambah panjang pipa gas sekitar 1.000 km, dan mulai tahun ini hingga 2019
mendatang, PGN akan menambah panjang pipa gas buminya sekitar 1.680 km. Semakin
banyak masyarakat menggunakan gas bumi, maka akan memberikan dampak besar bagi
rakyat dan negara dan mengurangi ketergantungan pada energi impor.
Berikut adalah kisah satu dari masyarakat Indonesia yang telah merasakan manfaat energi
baik yang disediakan oleh PT. Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN):
Seorang sopir bajaj bernama Muhamad Zarkoni
berusia 40 tahun. Ia telah bermata pencaharian sebagai sopir bajaj sejak tahun
1984. Ia biasanya beroperasi di sekitar Matraman, Stasiun Tanah Abang, dan
Pasar Kopro Jakarta Barat. Zarkoni menuturkan, lebih irit menggunakan bahan
bakar gas daripada bensin. Harga gas per liter adalah Rp 3.100, sedangkan bensin
premium harganya Rp 6.500 sehingga membuatnya lebih memilih bahan bakar gas.
Dalam sehari untuk bahan bakar gas, Zarkoni hanya
harus mengeluarkan sekitar Rp 20.000-Rp 25.000, Rp 25.000 itu sudah penuh. Dia
mengaku saat menggunakan bahan bakar gas, dengan Rp 20.000 bisa digunakan untuk
mengitari Jakarta dalam sehari sedangkan bila menggunakan bensin Rp 20.000
habis dalam waktu hanya 2 jam. Sangat jauh perbedaannya.
Link referensi:
http://finance.detik.com/read/2016/08/14/120112/3274897/1034/pengakuan-sopir-bajaj-pakai-gas-lebih-irit-daripada-bensin
Tulisan ini disumbangkan untuk jadi artikel situs
Si-Nergi.
Comments
Post a Comment